Ibuku Sayang......
Sewaktu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.menjelang diturunkan dia bertanya kepada TUHAN, :Para malaikat disini mengatakan bahwa besok engkau akan mengirimku ke dunia.Tetapi bagaimana cara saya hidup disana,saya begitu kecil dan lemah.Kata si bayi.TUHAN menjawab:aku telah memilih satu malaikat untukmu,ia akan menjaga dan mengasihimu. :tapi di syurga ,apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa,ini cukup bagi saya untuk bahagia.:demikian kata SI bayi:TUHAN pun menjawab.malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari,dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia.si bayipun bertanya kembali:dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadamu.sekali lagi TUHAN menjawab: malaikat akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa,sibayipun masih belum puas iapun bertanya lagi:saya mendengar bahwa di dunia banyak orang jahat,siapa yang akan melindungi saya ? dengan penuh kesabaran,TUHANpun menjawab:malaikatmu akan melindungimu,dengan taruhan jiwanya sekalipun. si Bayipun tetap belum puas akan melanjutkan pertanyaannya:Tapi saya akan bersedih karena tidak akan melihat engkau lagi. dan TUHANpun menjawab:malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang aku,dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaku walaupun sesungguhnya aku selalu berada di sisihmu,Saat itu syurga begitu tenangnya sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya: TUHAN.....jika saya harus pergi sekarang,bisakah engkau memberi tahu siapa nama,malaikat dirumahku nanti...? TUHAN pun menjawab Kamu dapat memanggil malaikatmu, IBU.......kenanglah ibu yang menyayangimu untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau pergi.ingatlah engkau,ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyek dengan dua selimut membalut tubuhmu,ingat kah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu ?dan ingatkah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit.sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan.kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu.jangan biarkan engkau kehilangan saat saat yang akan kau rindukan dimasa datang,ketika ibu telah tiada.......tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita tak ada lagi senyuman indah .....tanda bahagia . kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya.yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya,yang ada hanyalah baju yang digantung dilemari kamarnya.tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata mendoakanmu disetiap hembusan nafasnya.kembalilah segera peluklah ibu yang selalu menyayangimu.ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu,dan berikanlah yang terbaik di ahir hayatnya.kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya, ibu maafkan aku,sampai kapanpun jasamu tak akan terbalas. Bumijaya_net

Semalam Di Baduy Dalam
PDF Cetak E-mail
(Liputan Bumijaya_net)
Semalam di Baduy DalamTak sembarang orang bisa bertandang di tengah orang Baduy Dalam. Hidup di tengah harmonisasi alam dan kebijakan tentang nilai luhur yang terus dijaga, seakan menjalar dalam nadi. Sebuah jembatan bambu dengan bentuknya yang unik, menyambut kedatangan setiap tamu yang mengunjungi Baduy Dalam. Inilah perbatasan yang memisahkan antara Baduy Luar dan Baduy Dalam. Setelah melewati bagian ini, semua larangan yang diberlakukan di daerah ini harus ditaati setiap pendatang, termasuk saya tentunya.


Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy Dalam, tidak menggunakan barang-barang elektronik, tidak mengotori sungai dengan sabun atau odol, berkata dan berbuat tak senonoh, serta sederet pantangan lainnya.

Selain itu, wilayah yang dihuni oleh orang Kanekes ini juga terlarang bagi orang asing (non-WNI). Konon beberapa wartawan asing sampai sekarang belum berhasil masuk ke wilayah ini.

Kalaupun ada yang mengaku sampai Baduy, nyaris dipastikan sesungguhnya mereka berada di lingkungan Baduy Luar, yang lebih terbuka terhadap orang luar dan sudah "terkontaminasi" modernisasi.

Semalam di Baduy DalamNama Baduy ini diambil dari nama sungai yang melewati wilayah ini, sungai Cibaduy. Secara geografis terletak tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten.

Dengan ketinggian 300-600 m di atas permukaan laut (DPL), membuat wilayah ini memiliki topografi dengan berbukit dan bergelombang, dengan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan).

Perjalanan yang saya tempuh dari Baduy Luar menuju Baduy Dalam sekitar tiga jam. Bila melalui Desa Nangrang, atau desa yang dianggap bagian belakang dari Desa Baduy Dalam (Cibeo, Cikertawarna, dan Cikeusik). Desa Nangrang ini merupakan kawasan terakhir bagi kendaraan roda empat dan dua, kemudian bisa dititipkan pada penduduk setempat.

Kali ini saya dan rombongan memang mencoba rute baru, untuk mengambil jalan pintas langsung menuju Baduy Dalam tanpa menginap di Baduy Luar. Dengan catatan, medan yang akan kami lalui lebih terjal dan menantang.

Jalur lainnya yang harus menginap melalui Ciboleger, menginap semalam di sana, sebelum masuk ke Baduy Dalam. Meskipun jarak tempuhnya bisa sekitar enam jam jalan kaki, yang tak sebanding dengan orang Baduy yang hanya perlu waktu satu jam saja.

Sebelum masuk wilayah ini, pengunjung harus melapor dulu kepada pemangku adat setempat yang disebut Jaro Pulung, seorang pimpinan adat yang tugasnya membina hubungan dengan kebudayaan luar. Setelah mengisi buku tamu dan mengutarakan maksud rombongan kami, perjalanan dimulai dari sebuah titik yang bertuliskan "Selamat Datang di Baduy".

Wilayah Baduy Dalam, di mana mereka tinggal ada di pedalaman hutan, masih terisolir, dan belum terusik dengan kebudayaan luar. Kebudayaan mereka masih asli, sehingga sulit bagi masyarakat lainnya untuk bisa masuk apalagi tinggal bersama suku Baduy Dalam.

Peraturan yang tetap dipegang teguh hingga kini diantaranya bagi warganya adalah tidak menggunakan kendaraan jenis apapun untuk sarana transportasi, tidak memakai alas kaki, tidak menggunakan alat elektronik (teknologi), hanya mengenakan pakaian berwarna hitam/ putih yang ditenun dan dijahit sendiri, dan semua hal yang berkaitan dengan "kembali ke alam". Karenanya selama ini tidak bisa sembarangan orang masuk ke wilayah suku Baduy Dalam.

Setelah melewati perbukitan yang cukup terjal, keluar masuk beberapa kampung Baduy Luar, sampailah kami di perkampungan Baduy Dalam yang pertama, Cikertawarna. Matahari sudah tak tampak, jalanan pun mulai terlihat samar-samar. Kampung yang konon dihuni tak lebih dari 50 kepala keluarga ini amat sepi, sama sekali tak terdengar suara kehidupan. Hanya ada seorang bapak tua yang menyapa kami dalam bahasa Indonesia campur Sunda dialek Banten. Setelah tahu tujuan kami untuk mengunjungi kampung Cibeo, ia langsung memandu kami hingga ke ujung kampung.

Semalam di Baduy DalamDua puluh menit kemudian kami telah sampai di Cibeo, tempat kami bermalam hari itu. Sekelompok anak-anak masih tampak berlarian di lorong-lorong antar rumah meski hari sudah mulai gelap. Kami disambut dengan penuh keakraban, salah seorang warga langsung menawarkan rumahnya sebagai tempat menginap. "Di tempat kami saja," ujar Syarif, lelaki berusia 25 tahun tersebut.

Ini bukan pertemuan pertama saya. Lima tahun lalu saya pernah juga menginap di rumahnya. Dan, tampaknya tak ada satu pun perubahan terjadi disini. Semua tetap sama, mulai dari perabotan hingga ruang-ruang dalam rumahnya. Yang berbeda, kini Syarif telah punya tiga anak, sulungnya pun telah meningkat remaja.

Setelah istirahat sejenak, kami telah disuguhi kopi dan teh hangat, berikut makan malam nasi dengan lauk mie instant campur kornet. Wah, meski hanya menu sederhana, namun beberapa teman setuju bahwa Baduy Dalam berhasil membuat "mie instant" jadi makanan terlezat di dunia - saat itu -. Begitu juga dengan kopinya yang terasa legit. Benar-benar menjadi makan malam penuh kesan.

Selepas makan kami duduk-duduk di teras sambil ngobrol dengan sang pemilik rumah. Hebatnya, kami tak dapat melihat wajah lawan bicara karena malam yang amat pekat. Justru disinilah uniknya, hanya mendengar suaranya tanpa bisa membayangkan ekspresi wajahnya. Tak lama kemudian datang teman-teman Syarif lainnya, jadilah malam itu kami mengobrol layaknya sebuah pertemuan keluarga yang penuh canda tawa.

Meski masyarakat Baduy Dalam tidak mengenal budaya baca-tulis, namun ternyata mereka dapat mengikuti perkembangan dunia luar. Bahkan kami pun dibuat terkaget-kaget dengan berbagai pertanyaan atau jawaban mereka yang menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang cerdas, dibalik kebersahajaannya.

Salah satu dari mereka dengan fasih menjelaskan asal-usul moyangnya dengan lengkap, bahkan mampu juga bicara tantangan yang harus mereka hadapi dalam era modernisasi.

Tak terasa malam terus merambat. Sayup-sayup terdengar suara alat musik tradisional yang dipetik dengan penuh perasaan. Lilin, satu-satunya yang menjadi alat penerang rumah Sarif pun makin kecil nyalanya.

Semalam di Baduy DalamSetelah rombongan warga setempat pulang, saatnya menikmati "malam" yang sesungguhnya. Udara super dingin di malam yang pekat serta suara lolongan anjing, benar-benar "pas" untuk mereka yang butuh intropeksi diri. Kesunyian yang membeku inilah yang membuat saya tak kuasa memejamkan mata.

Namun, tak terasa hari telah berganti. Suara celoteh anak-anak kecil membangunkan saya. Rumah mereka yang didirikan diatas batu (ini kepercayaan mereka bahwa rumah supaya kokoh harus berdiri di atas batu) serta berbilik bambu, membuat udara masuk dengan leluasa. Tak salah bila sebagian besar dari rombongan kami menggigil semalaman. Sementara anak-anak kecil di Baduy Dalam ini tidur tanpa selembar kain di badan.

Bermalam di tempat terpencil ini tak hanya dapat belajar banyak soal kearifan hidup, tetapi kembali menyadarkan bahwa alam benar-benar bisa menjadi sahabat manusia untuk kembali menjadi manusia yang "membumi". Setelah menikmati dinginnya air kali saat mandi, kami pun bergegas pulang kembali ke Serang. Tak lupa membawa air bambu hitam untuk obat batuk.

Ada begitu banyak kesan tertinggal di sana. Meski lelah meraja, dan kaki pegal tak ketulungan, rasanya sebanding dengan pengalaman ini. Belum lagi mobil yang kami tumpangi meluncur kembali ke Serang, seorang teman langsung nyeletuk," Kapan balik lagi ke Cibeo ya?" tanyanya.

Orang Kanekes

Masyarakat baduy dikenal dengan sebutan Orang Kanekes. Sehari-hari pemerintahan adatnya dilaksanakan oleh jaro, yang dibagi kedalam empat jabatan, yaitu Jaro Tangtu, Jaro Dangka, Jaro Tanggungan, dan Jaro Pamarentah.

Jaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka yang jumlahnya 9 orang bertugas menjaga, mengurus dan memelihara tanah titipan leluhur mereka. Jaro tanggungan adalah pemimpin bagi Jaro Dangka dan Jaro Tangtu (Jaro Duabelas).

Sementara Jaro Pamarentah bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau tetua kampung. Dan, pimpinan tertinggi bagi mereka disebut "Puun", sebuah jabatan yang diemban secara turun-temurun. Namun jabatan ini tak selalu turun dari bapak ke anak, bisa juga kerabat lainnya.

Mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani (huma). Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual hasil hutan seperti buah durian, asam, dan madu. Saat tak ada pekerjaan di ladang, ada beberapa orang Baduy yang berkelana ke kota besar dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Baduy sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Semalam di Baduy DalamCenderamata

Dimasa lalu perdagangan di tempat ini dilakukan secara barter. Namun sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

Keahlian lain yang dimiliki warga Baduy Dalam adalah membuat kerajinan tangan, berupa manik-manik, anyaman, serta menenun kain, seperti kerajinan tangan tas koja yang bahannya terbuat dari kulit kayu yang dianyam.

Dan, biasanya saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, mereka senang berkelana ke kota besar di sekitarnya menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Jakarta termasuk tempat tujuan favorit mereka, meski harus berjalan kaki beberapa dengan rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang.

Sumber: Bumijaya_net
Foto : ratna

Sekilas Renungan Buat Anaku

Pada suatu saat dikala kamu menyadari bahwa aku telah menjadi sangat tua,cobalah berlaku sabar dan cobalah mengerti aku.Jika banyak makanan yang tercecer dikala aku makan ....jika aku mendapat kesulitan dalam mengenakan pakaianku sendiri ......sabarlah ! Kenanglah saat saat dimana aku meluangkan waktuku untuk mengajarimu tentang segala hal yang kau perlu tahu,ketika kau masih kecil.Jika aku mengulangi mengatakan hal yang sama berpuluh kali ,janganlah menghentikanku ! dengarlah aku ! ketika kau kecil,kau selalu memintaku membacakanmu cerita yang sama berulang ulang,dari malam yang satu kemalam yang lainnya hingga kau tertidur.dan aku lakukan itu untukmu.Aku mengajarimu banyak hal.....cara makan yang baik.....cara berpakaian yang baik.......bagaimana mengahadapi peroblem dalam kehidupan....Jika terkadang aku menjadi pelupa dan aku tidak dapat mengerti dan mengikuti pembicaraan,beri aku waktu untuk mengingat,dan jika aku.....gagal melakukannya jangan sombong dan memarahiku.karena yang penting bagiku adalah....aku dapat bersamamu dan dapat berbicara padamu.Jika aku tak mau makan,jangan paksa aku ! aku tahu bilamana aku lapar dan kapan aku tak lapar.Ketika kakiku tak lagi mampu menyangga tubuhku,untuk bergerak seperti sebelumnya,bantulah aku dengan cara yang sama ketika aku merengkuhmu dalam tanganku.mengajarimu melakukan langkah langkah pertamamu.Dan kala suatu saat nanti,ketika aku katakan padamu bahwa aku tak lagi ingin hidup.....ketika aku ingin mati ......jangan marah.....karena pada saatnya nanti kau juga akan mengerti !cobalah untuk mengerti bahwa usia tertentu,kita tidak benar benar "hidup"lagi kita hanya "tidak mati" suatu hari nanti,ketika aku katakan padamu bahwa disamping semua kesalahan yang aku buat,aku selalu ingin apa yang terbaik bagimu,dan bahwa aku siapkan dasar bagi perkembangan dan kehidupanmu kelak.Kau tak usah merasa sedih,tidak beruntung atau gagal dihadapanku melihat kondisiku dan usiaku yang sudah bertambah tua.Kau harus didekatku,mencoba mengerti aku bahwa hidupku adalah bagimu,bagi kesuksesanmu,seperti apa yang kulakukan pada saat kau lahir.Bantulah aku untuk berjalan,bantulah aku pada ahir hidupku dengan cinta dan kesabaran.Satu hal yang membuatku harus berterima kasih padamu adalah senyum dan kecintaanmu padaku................ Renungan buat anaku......Dari ibumu dan ayahmu